Laman

Memajukan Bangsa Lewat Entrepreneurship

Memajukan Bangsa Lewat Entrepreneurship

Memajukan Bangsa Lewat Entrepreneurship
Memajukan Bangsa Lewat Entrepreneurship

Kewirausahawan atau enterpreneurship berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung, sedangkan usaha adalah suatu perbuatan atau pekerjaan yang ditujukan untuk meraih sesuatu. Jadi wirausaha adalah suatu perbuatan atau pekerjaan dalam upaya meraih kesuksesan yang dilakukan oleh manusia yang unggul, tangguh dan siap menghadapi berbagai macam tantangan.

Dalam upaya meraih kesuksesan, seorang wirausahawan yang berhasil harus mempunyai sikap berani dan rasa percaya diri. Berani dan percaya diri akan melahirkan keyakinan bahwa hidup itu adalah bekerja keras, berjiwa pemimpin, kemudian memiliki orientasi pada masa depan, dan juga berorientasi pada tugas dan hasil yang baik. Selain itu, seorang wirausahawan harus memiliki jiwa inovasi dan kreativitas yang tinggi, didukung sifat jujur, tekun dan amanah.

Dengan pemahaman di atas, tidak salah, jika Menko Perekonomian Hatta Rajasa menekankan pentingnya wirausaha atau enterpreneurship ditingkatkan di negara ini. Tujuannya agar Indonesia bisa bersaing dengan negara lain dan menjadi negara maju. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Perhatikan olehmu sekalian perdagangan, sesungguhnya di dunia perdagangan itu ada 9 dari 10 pintu rizki," (HR. Ahmad). Lalu pada riwayat lain, Nabi Muhammad SAW pernah ditanya oleh para sahabat, ”Pekerjaan apa yang paling baik ya Rasulullah ?” Beliau menjawab, “Seorang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih.”(HR. Al Bazzar).

Seorang pakar kewirausahaan asal Amerika Serikat, David McClelland mengatakan bahwa suatu negara dapat dikatakan makmur apabila memiliki wirausahawan minimal 2 persen dari total jumlah penduduk. Berdasarkan hasil beberapa lembaga survey, wirausahawan di tanah air ini hanya sekitar 1,56% dari total jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah lebih kurang 250 juta jiwa. Artinya, Indonesia bisa dikatakan belum mencapai kemakmuran, karena masih kurang dari 2% penduduknya yang menjadi wirausaha. Sedangkan di negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura, penduduknya sudah lebih dari 2% yang berwirausaha, sehingga penghasilan dan pendapatan jauh lebih baik.

Dari perbandingan tersebut, bisa dilihat bahwa kewirausahaan memegang peranan penting bagi perekonomian bangsa. Kita ambil contoh, seorang wirausahawan mampu membuka dan menciptakan lapangan kerja sendiri dan juga bagi orang lain. Dengan banyaknya wirausahawan yang menciptakan lapangan kerja, maka otomatis jumlah pengangguran akan berkurang. Dengan begitu pendapatan masyarakat juga akan meningkat. Efeknya, akan banyak bermunculan kelas menengah baru.

Selain itu, seorang wirausahawan dengan berbagai macam kreativitas dan inovasinya bisa mengkombinasikan berbagai macam faktor-faktor produksi yaitu, sumber daya alam, sumber daya manusia, modal dan keahliannya, sehingga terciptalah suatu penemuan-penemuan baru, yang bisa bermanfaat buat bangsa.
Dengan mengkombinasikan faktor-faktor tersebut, kemudian ditambah dengan riset yang mendalam dan menggunakan tekhnologi yang terbarukan, maka produktivitas nasional akan meningkat dengan pesat.

Untuk itu sudah menjadi suatu kewajiban bagi pemerintah untuk terus mendorong dan mendukung upaya peningkatan wirausahawan, terutama dari kalangan pemuda. Karena peran serta pemerintah dalam mendorong peningkatan wirausahawan muda sangat penting, dalam kaitannya meningkatkan perekonomian bangsa sehingga menjadi lebih baik dan maju lagi. Sementara pemuda adalah tonggak penerus bangsa ini yang berani dalam menghadapi tantangan bangsa ke depan, sehingga nantinya Indonesia menjadi negara yang mandiri, dan tidak tergantung pada negara lain.

Seluruh elemen masyarakat sudah seharusnya ikut dan berperan serta dalam upaya meningkatkan jumlah wirausahawan di dalam negeri ini, agar Indonesia menjadi lebih makmur dan menjadi negara maju. Dengan semangat itu, Menko Perekonomian Hatta Rajasa meyakinkan Indonesia pada Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dimulai tahun 2015 dan pasar bebas Asia Pasifik bisa menjadi basis produksi, bukan menjadi pasar yang empuk bagi negara-negara lain.
 
Aries Tresna
Penulis adalah pengamat ekonomi dari DCSC Indonesia