Laman

Pilih Jadi Pegawai Atau Pengusaha?

Pilih Jadi Pegawai Atau Pengusaha?    


Banyak diantara kita yang mendambakan ingin mempunyai usaha sendiri, karena walau bagai­ma­napun setiap orang selalu menginginkan se­suatu yang lebih. Namun masalah yang diha­dapi seka­rang ini adalah peluang untuk bisa membangun bisnis sendiri memang tidaklah mudah.

Pilih Jadi Pegawai Atau Pengusaha?

Bayangkan saja apabila kita menghitung-hitung untuk modal awal saja rasanya pikiran ini sudah membuat dompet kita kembang kempis. Belum lagi memikirkan cara membuat produknya, membangun mar­ket­nya dan lain-lain, sehingga tidak mengherankan apabila banyak diantara kita yang memilih menjadi pegawai saja, karena dengan menjadi pega­wai/karyawan setiap bulan pasti dapat gaji.

Berapa banyak orang tua yang mengarahkan anak-anaknya untuk menjadi pengu­saha. Bandingkan dengan orang tua yang menyuruh anak-anaknya agar bercita-cita jadi pegawai. Melihat budaya ma­sya­rakat kita, memang seper­tinya opsi kedua yang lebih banyak. Kebanyakan dari kita menginginkan anak-anak agar punya cita-cita dengan profesi-profesi yang dianggap lebih menjanjikan ketimbang jadi pengusaha.

Begitulah didikan kita sejak kecil. Pola berpikir (mindset) kita sudah terbiasa dengan bercita-cita untuk menjadi dokter, pilot, PNS, insinyur, dan profesi lainnya. Tapi jarang, bahkan dulu hampir tidak ada pendidikan yang mengarahkan kita untuk menjadi pengusaha. Paling-paling kita disuruh untuk menciptakan lapangan kerja. Tapi di sisi lain kita tidak pernah dibimbing untuk tahu bagaimana caranya men­ciptakan lapangan kerja.

Lulus sekolah atau lulus kuliah adalah ajang dimulainya menyebarkan surat lamaran. Ratusan la­maran pekerjaan dikirimkan ke berbagai peru­sahaan. Bahkan rela men­datangi satu demi satu peru­sahaan-perusahaan itu. Tak jarang yang mereka yang diusir security yang bosan meng­hadapi pertanyaan lowo­ngan kerja.

Maka dari itu, jalan terbaik­nya memang dengan berani untuk melakukan terobosan atau membuka usaha sendiri. Karena dengan mempunyai usaha sendiri berarti kita mempunyai peluang untuk bisa meningkatkan pendapatan bulanan kita, walaupun me­mang dibutuhkan waktu dan usaha serta doa untuk mengga­painya. Tetapi dapat dipastikan apabila dengan berusaha sen­diri maka, kita akan mempe­roleh hasil yang sesuai dengan usaha yang kita lakukan.

Resiko bangkrut adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan masyarakat usia produktif enggan memilih menjadi wirausaha. Bahkan tidak sedikit pula dari mereka yang beranggapan bahwa membuka usaha sendiri hanya mungkin dilakukan oleh me­reka yang terlahir dari keluarga kaya, yang bisa meminta modal seenaknya kepada orang tua. Padahal, untuk menjadi seo­rang wirausaha, anda tidak melulu harus punya uang/modal, bahkan hanya dengan modal ide gagasan kreatif dan inovatif pun anda sudah bisa menjadi seorang wirausaha dengan cara men­jual ide anda, atau joint de­ngan orang yang mempunyai mo­dal, atau meminta pinjaman dari pi­hak bank/pe­nyan­dang dana de­ngan bunga ren­­dah. Yang penting adalah ke­mauan, serta jangan ma­lu untuk me­mulai se­buah usaha dari ke­cil. Bah­kan sean­dainya usaha anda tetap kecil, buatnya 10 usaha kecil lainnya yang serupa, maka anda akan me­nerima keuntungan 10x lebih banyak.

Semua bidang usaha pasti memiliki resiko. Bahkan saat kita menjadi karyawan seka­lipun ada resiko pemotongan gaji atau di pecat. Tapi apakah kemudian kita harus menyerah sebelum berperang? Jawabnya tidak. Resiko usaha bisa dimini­malisir di-manage dan dipre­diksi sebelumnya melalui perencanaan yang matang. Selain itu, membuka usaha dengan cara patungan juga bisa meminimalisir resiko karena hutang-hutang perusahaan saat bangkrut akan ditanggung bersama-sama.

Lalu, apa bedanya Pengu­saha dan Karyawan?
Ada karyawan yang bilang kalau menjadi pengusaha itu lebih enak. Penghasilan lebih besar, nggak terikat dan diatur-atur sama atasan. Tapi ada juga pengusaha yang berpikir kalau jadi karyawan itu lebih enak. Kalau jadi karyawan tidak perlu pusing memikirkan perusahaan, gaji pekerja, dan lain-lain. Lalu apa bedanya kalau begitu?

Jadi karyawan memang lebih enak kalau gajinya besar. Penghasilan tetap dan kea­manan ekonomi keluarga terjamin. Itu kalau gajinya besar. Kalau gajinya kecil, tentu beda lagi. Jelas karyawan akan pusing juga. Belum lagi di­tambah tekanan perusahaan agar bekerja lebih baik. Begitu pun kalau jadi pengusaha. Pengusaha tentunya akan sangat enak kalau usahanya maju dan stabil. Tapi pengu­saha yang sering pontang-panting dan pailit, tentunya juga bisa mem­buat pusing.

Dari segi mental sendiri, ka­lau karya­wan mentalnya selalu penuh dengan hitung-hitungan. Mi­salnya, karyawan baru akan kerja kalau digaji. Karyawan juga baru mau menjalani lembur kalau ada uang lembur. Semua perkerjaannya jadi tidak maksimal karena terbebani dengan gaji. Apalagi kalau gajinya kecil, yang ada karya­wan jadi sering ngedumel ketimbang meningkatkan kua­litas dan kuantitas kerja. Selain itu, karyawan sendiri umumnya miskin kreativitas dan inovasi, karena ruang lingkupnya dibatasi oleh posisi/jabatannya dalam perusahaan itu sendiri, atau bisa jadi karena sudah dipatron oleh pola perusahaan itu sendiri.

Kalau pengusaha mentalnya mental bebas. Tidak ada kon­trol dan sistem yang bisa mengatur dirinya. Yang me­ngon­trol dan mengatur dirinya, hanya dirinya sendiri. Pe­ngusaha bekerja karena ia merasa memang harus kerja. Dia lembur karena memang dirinya harus lembur. Segala yang dia kerjakan dengan penuh kepuasaan dan kese­nangan. Apapun yang dikerja­kan orang dengan suka hati, maka hasilnya pun akan lebih maksimal daripada orang bekerja karena tekanan-tekanan.

Tapi memang mental keba­nyakan orang ialah ingin cari aman. Tentu saja kalau mau cari aman harus dengan cara mendapatkan gaji yang tetap setiap bulan. Selain itu bisa menjalani masa tua dengan tenang karena mendapatkan uang pensiun. Tapi perlu diketahui kalau karyawan itu tidak bisa berkembang jauh. Kalau pun bisa berkembang, perkembangannya terbatas. Kalau pengusaha, ia bisa bebas berkreasi. Bisa berkembang dengan perkembangan yang tanpa batas.

Berikut beberapa point perbandingan antara Pegawai Vs Pengusaha :

Pegawai
  1. Gaji tetap tiap bulan, bisa diharapkan.
  2. Tinggal kerja saja tidak perlu banyak berpikir.
  3. Bekerja penuh tuntutan dan tekanan.
  4. Bekerja diawasi atasan.
  5. Selalu ada resiko pemo­tongan gaji, PHK dan pensiun dini.

Pengusaha
  1. Tidak memiliki gaji tetap, bahkan bisa tidak ada sama sekali.
  2. Disamping bekerja ia harus berencana dan berpikir kreatif.
  3. Bebas menentukan tujuan yang ingin dicapai.
  4. Diri sendiri adalah atasan, bawahan. Dua dalam satu.
  5. Tidak ada istilah pemo­tongan gaji, PHK atau pensiun.

Bagaimanapun, keputusan untuk menentukan langkah ada di tangan anda sendiri, apakah mau menjadi pegawai atau berwirausaha. Menjadi pegawai demi mendapatkan pengalaman sah-sah saja. Namun, merintis usaha juga bukan hal yang mustahil asal dilakukan dengan sungguh-sungguh.